Israel Kembali Serang Gaza Setelah Gencatan Senjata Berlangsung, Apa Maksudnya?

Israel Kembali Serang Gaza Setelah Gencatan Senjata Berlangsung, Apa Maksudnya

Beberapa waktu lalu, pihak Israel dan Hamas (bersama aktor‑perantara seperti Qatar dan Mesir) sempat menandatangani gencatan senjata di Gaza. Namun kini, Israel kembali melancarkan serangan udara di Gaza, menyatakan bahwa gencatan senjata telah di langgar.

Dalam artikel ini, kita akan menyelami alasan di balik serangan ulang ini, bagaimana posisi para pihak, dan mengapa hal ini menjadi penting tanpa berakhir dengan kesimpulan definitif karena situasinya masih sangat dinamis.

Latar Belakang Gencatan Senjata

Apa yang disepakati?

Gencatan senjata yang di maksud adalah kesepakatan sementara antara Israel dan Hamas yang bertujuan menghentikan permusuhan yang telah berlangsung lama. Setelah beberapa bulan konflik berat, termasuk serangan oleh Hamas ke wilayah Israel, upaya gencatan muncul sebagai jalan keluar darurat.
Beberapa syarat gencatan termasuk:

  • Hamas mulai melepaskan sandera yang ditahan, sebagai bagian dari negosiasi.

  • Israel menghentikan atau menahan serangan besar‑besaran untuk sementara.

  • Pembukaan bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza.

Kenapa gencatan ini penting?

Gencatan ini punya nilai ganda: di satu sisi, memberikan kesempatan bagi warga sipil yang terdampak perang yang sangat besar kerugiannya untuk sedikit bernapas. Di sisi lain, menjadi “wadah” negosiasi bagi isu yang jauh lebih kompleks: status Gaza setelah perang, tahanan dan sandera, pembangunan kembali, hingga pengaturan keamanan jangka panjang.
Namun, gencatan ini sejak awal sudah terasa rapuh.

Mengapa Israel Kembali Menyerang Gaza?

Ada beberapa penjelasan utama kenapa Israel akhirnya memutuskan untuk melanjutkan serangan meskipun gencatan masih berlaku menurut pengaturan awal. Berikut penjelasan‑penjelasan yang bisa kita rangkum:

1. Tuduhan Pelanggaran oleh Hamas

Israel menyatakan bahwa Hamas atau kelompok bersenjata di Gaza telah melanggar gencatan senjata dengan menyerang atau dengan aktivitas militer yang di anggap melanggar kesepakatan. Contohnya: Israel menyebut ada serangan misil anti‑tank dan tembakan terhadap pasukan mereka di wilayah selatan Gaza sebagai pelanggaran gencatan.
Dengan dasar ini, Israel mengklaim punya hak untuk “merespons” dan melanjutkan operasi militer meski secara resmi ada gencatan.

2. Ketidakpastian atau kegagalan fase selanjutnya dari gencatan

Menurut beberapa laporan, kesepakatan gencatan awal (fase 1) sudah berjalan, tetapi fase selanjutnya (fase 2) yang seharusnya menegaskan perdamaian lebih permanen atau pengaturan keamanan pasca‑gencatan tidak kunjung jalan. Israel merasa bahwa Hamas tidak memenuhi persyaratan tertentu, seperti melepaskan sandera tambahan atau menyerahkan senjata.
Ketika fase penerusan tidak tercapai, Israel memilih untuk mengambil tindakan militer kembali.

3. Kepentingan Strategis dan Politik Internal Israel

Dari sisi Israel, khususnya pemerintahan Benjamin Netanyahu, ada tekanan politik dan keamanan domestik: mempertahankan citra sebagai kuat di mata publik Israel, menjaga keamanan nasional, dan tidak terlihat “tertekan” oleh Hamas atau pesaing politik yang meminta tindakan lebih keras.
Ada pula argumen bahwa Israel tidak yakin bahwa gencatan yang permanen tanpa melemahkan Hamas benar‑benar adalah tujuan mereka, sehingga tetap siap melakukan serangan.

4. Hambatan Kemanusiaan & Persoalan Bantuan

Gencatan senjata banyak terkait dengan pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, laporan menunjukkan bahwa meski gencatan berlaku, banyak rumah sakit, infrastruktur medis, dan jalur bantuan masih sangat bergantung, bahkan terancam runtuh akibat kondisi blokade dan serangan sebelumnya.
Israel bisa melihat bahwa kondisi tersebut masih belum aman menurut standar mereka, atau mereka menggunakan hambatan bantuan sebagai mekanisme tekanan terhadap Hamas.

Dampak dan Arti Serangan Kembali

Tekanan di Lapangan Kemanan & Kemanusiaan

Ketika serangan kembali terjadi, jelas korban sipil tidak bisa di elakkan. Infrastruktur yang sudah hancur atau rusak makin tertekan, warga yang sempat punya harapan bernapas sedikit lega kembali menghadapi ancaman dan ketidakpastian. Laporan‑laporan menyebut rumah sakit di Gaza dalam kondisi sangat kritis, dan banyak warga yang belum bisa kembali ke rumah ataupun mendapatkan bantuan yang memadai.

Menggoyahkan Kepercayaan Terhadap Gencatan

Setelah serangan seperti ini, pihak yang sebelumnya mendukung gencatan bisa kehilangan kepercayaan. Bagi Hamas dan warga Gaza, serangan kembali oleh Israel walau gencatan masih “di pandang” berjalan bisa memperkuat pandangan bahwa Israel tidak serius. Di sisi Israel, mereka bisa berkata bahwa gencatan tanpa penegakan syarat keamanan adalah risiko. Ketidakpastian ini membuat gencatan jangka panjang makin sulit.

Isyarat Politik bagi Mediator Internasional

Karena gencatan ini dimediasi oleh pihak luar (misalnya AS, Qatar, Mesir), serangan kembali memberi isyarat bahwa kondisi nego belum stabil atau bahwa pihak Israel masih memakai opsi militer sebagai “alat tawar”. Ini bisa memberikan tekanan ke mediator agar mempercepat negosiasi atau memperjelas syarat‑saratnya agar gencatan bisa ditransformasi menjadi perdamaian.

Baca Juga:
Jurnalis Tertembak Pasukan Israel Hingga Tewas Di Tengah Gencatan Senjata Kota Gaza!

Risiko Eskalasi Konflik

Walaupun serangan ini mungkin masih terbatas dalam taktik, tetap ada risiko bahwa ini akan memicu balasan dari Hamas atau kelompok lain di Gaza, yang kemudian menarik Israel ke operasi yang lebih luas kembali. Artinya: gencatan bisa pecah kembali menjadi perang terbuka atau gelombang kekerasan baru.

Kenapa “Maksudnya” Bisa Beragam

Jika kita bertanya “apa maksudnya” di balik serangan ini, jawabannya tidak tunggal bisa bermacam‑macam tergantung sudut pandang:

  • Dari perspektif Israel: “Kami menjaga keamanan nasional, tidak bisa terus-menerus dalam gencatan tanpa jaminan bahwa musuh akan di tundukkan atau sandera dibebaskan.”

  • Dari perspektif Hamas/Gaza: “Gencatan ini seharusnya memberi kita nafkah sosial, hukum dan kemanusiaan; jika di serang kembali maka pihak Israel tidak serius.”

  • Dari perspektif mediator internasional: “Gencatan ini rapuh, dan serangan kembali menunjukkan bahwa mekanisme penegakan syaratnya belum benar-benar efektif.”

  • Dari perspektif warga sipil: “Rasanya seperti janji yang belum di tepati, dan kita terjebak, gencatan memberi harapan kecil tapi mungkin hanya jeda, bukan penyelesaian.”

Apa yang Bisa Terjadi Selanjutnya?

Tanpa membuat kesimpulan pasti, berikut beberapa skenario yang mungkin:

  • Israel melakukan serangan terbatas tapi terukur untuk memberikan tekanan; kemudian kembali ke gencatan setelah respons Hamas terbatas.

  • Hamas merespon dengan serangan balik atau aktivitas militan yang lebih besar, yang bisa memicu eskalasi perang kembali.

  • Mediator mempercepat proses fase selanjutnya dari gencatan sebagai jalan melanjutkan perdamaian.

  • Kondisi kemanusiaan makin memburuk di Gaza bila akses bantuan tetap terhambat, yang bisa memunculkan tekanan internasional lebih besar terhadap pihak Israel maupun Hamas.